Hutan Sumber Kehidupan, Bukan Sekadar Payung Kala Hujan

Pangan, sandang, dan papan merupakan kebutuhan pokok manusia yang tak terelakkan. Manusia membutuhkan makanan dan minuman untuk bertahan hidup. Manusia juga membutuhkan pakaian untuk melindungi tubuhnya dari panas dan dinginnnya musim. Pun demikian, manusia membutuhkan lahan untuk pemukiman. Tempat berlindung dari sengatan matahari, guyuran hujan, dan tempat istirahat setelah merasakan penatnya bekerja di luar rumah. Serta, beragam manfaat lainnya dari sebuah tempat tinggal.

Pemenuhan kebutuhan pokok, dan pemenuhan keinginan manusia yang tak ada habisnya terkadang bisa membawa petaka bagi makhluk hidup lain. Tak terkecuali para hewan dan tumbuhan yang ada di hutan. Telah banyak lahan sawah dan hutan yang diubah fungsinya menjadi pabrik dan pemukiman penduduk. Hutan terpaksa kehilangan pohon-pohonnya. Hewan mengamuk karena kehilangan tempat tinggalnya. Manusia pun semakin menjajah dan merajalela. Wajah hutan sudah berubah menjadi lain.

Adopsi Hutan Menyelamatkan Kehidupan

Untungnya, masih ada manusia-manusia yang peduli akan keberlangsungan hutan di muka bumi, khususnya di Indonesia ini. Mereka mau mengadopsi hutan melalui program adopsi pohon-pohon yang ada di hutan. Tindakan ini telah nyata mampu menyelamatkan hutan dari krisis pohon. Secara tak langsung, berarti ikut menyelamatkan para penghuni hutan. Otomatis, juga menyelamatkan ketersediaan udara bersih di muka bumi. Karena hutan tetaplah dibutuhkan sebagai paru-paru dunia.

Mengadopsi pohon sendiri merupakan tindakan untuk mengapresiasi kehidupan alam liar yang telah tumbuh puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Selain itu, secara tak langsung tindakan mengadopsi pohon mampu menyelamatkan kehidupan masyarakat sekitar hutan. Mereka yang benar-benar arif menjaga dan memelihara pohon-pohon di sekitarnya. 

Tindakan lain yang dirasa mampu menyelamatkan kelestarian hutan adalah dengan merayakan Hari Hutan Indonesia tepat pada tanggal 7 Agustus di setiap tahunnya. Besar harapan para pecinta hutan, dengan adanya perayaan Hari Hutan Indonesia ini, maka akan ada satu hari khusus dalam setahun dimana semua mata, pikiran, dan usaha masyarakat Indonesia tertuju pada hutan (hujan tropis) Indonesia. 


hari hutan
Gambar oleh harihutan.id

Hari Hutan Indonesia juga merupakan hari dimana semua orang merayakan adanya hutan hujan tropis Indonesia. Serta mensyukuri semua kekayaan yang terkandung di dalamnya. Di antaranya ada air dan udara bersih, habitat berbagai flora dan fauna, sumber pangan, bahan obat-obatan, penyerapan karbon, hingga akar kebudayaan. Semua hal tersebut tentu saja membutuhkan dukungan dan partisipasi dari seluruh masyarakat Indonesia. Termasuk Anda para pembaca yang budiman.

Keanekaragaman Hayati Hutan,

Lebih dari Sekadar Pohon

Indonesia terkenal akan hutan hujan tropis dengan keanekaragaman hayati di dalamnya. Keanekaragaman ekosistem di dalamnya juga telah menjadi subjek penelitian para ilmuwan dunia. Beragam spesies flora dan fauna dari hutan hujan tropis terluas ketiga di dunia ini sangat patut untuk dilestarikan. Karena memang bukan hanya sekedar pohon di dalamnya, namun lebih dari itu. Berbagai spesies lain juga turut andil menambah warna-warni makhluk hidup penghuni hutan.

Wilayah Indonesia yang terdiri dari kepulauan dan berada di titik strategis juga menjadi faktor penambah keanekaragaman hayati hutan Indonesia. Sebanyak 17.504 pulau yang ada di Indonesia turut menyumbang keanekaragaman hayati di hutan Indonesia. 

Letak wilayah Indonesia yang berada di antara dua benua, yaitu benua Asia dan benua Australia, serta berada di antara dua samudera, yaitu samudera Hindia dan samudera Pasifik, juga menjadi salah satu faktor yang menambah keanekaragaman hayati hutan hujan tropis wilayahnya. Karena kedua benua tersebut jelas memiliki karakteristik flora dan fauna yang berbeda. Sedangkan di tengah-tengah wilayahnya juga memiliki karakteristik flora dan fauna wilayah peralihan tersendiri. 

Berdasarkan karakteristik flora dan fauna di masing-masing wilayah Indonesia dibagi menjadi tiga bagian yaitu: Indonesia barat (Asiatis), Indonesia tengah (peralihan), dan Indonesia Timur (Australis). Seperti yang sudah kita pelajari di sekolah dasar dulu, ketiga wilayah ini dipisahkan oleh garis yang bernama Wallace dan garis Weber. Garis wallace memisahkan wilayah Indonesia bagian barat dengan bagian tengah. Sedangkan garis Weber memisahkan wilayah Indonesia bagian tengah dengan wilayah Indonesia bagian timur.


Karakteristik flora dan fauna di wilayah Indonesia bagian barat sering disebut tipe Asiatis dikarenakan flora dan faunanya mirip dengan yang ditemukan di benua Asia pada umumnya. Flora di wilayah ini bersifat sangat heterogen karena curah hujan yang tinggi. Contohnya seperti tumbuhan lumut, paku, jamur, meranti, mahoni, dan damar. 

Salah satu flora endemik yang terkenal di wilayah Indonesia bagian barat adalah bunga bangkai dan Raflesia Arnoldi yang terletak di Bengkulu. Sedangkan fauna yang ada di wilayah Indonesia bagian barat contohnya seperti badak bercula satu, harimau Sumatera, orang utan, dan tapir.

Flora di wilayah Indonesia bagian tengah atau yang lebih sering disebut dengan wilayah peralihan di antaranya adalah rempah-rempah, cendana, dan anggrek. Sedangkan faunanya ada komodo, anoa, dan burung maleo.

Terakhir adalah wilayah Indonesia bagian timur. Di sini flora dan faunanya menyerupai flora dan fauna di wilayah benua Australia, makanya disebut sebagai tipe Australis. Contohnya flora adalah tanaman eucalyptus, sagu, dan matoa. Sedangkan faunanya ada burung cendrawasih, kasuari, dan kanguru.

Beragam jenis hutan mulai dari hutan yang berada di wilayah pantai sampai di puncak pegunungan yang memiliki salju abadi juga bisa ditemukan di Indonesia. Bahkan untuk wilayah benua Asia Tenggara, hanya Indonesialah satu-satunya negara yang memiliki salju abadi di wilayah pegunungannya. Hal tersebut membuktikan betapa kayanya keanekaragaman hayati hutan yang ada di wilayah Indonesia.

Indonesia disebut juga sebagai megabiodiversity country. Yaitu sebutan bagi sebuah negara yang memiliki ribuan jenis keanekaragaman spesies di hutannya. Indonesia dikenal memiliki lebih dari 38.000 spesies tumbuhan. Menurut hasil penelitian, separuh dari spesies tersebut merupakan tumbuhan endemik asli Indonesia yang hanya bisa ditemukan di Indonesia.

Sumber daya alam karunia Tuhan yang Maha Kuasa ini tentunya harus bisa dijaga dan dikelola sebaik mungkin oleh masyarakat Indonesia. Agar di masa mendatang Indonesia bisa memegang peranan yang penting sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia. selain itu juga bisa dimanfaatkan sebagai penyedia sumber bahan pangan, bahan obat-obatan, penyerapan karbon, dan pusat kebudayaan.

Keanekaragaman Adat dan Budaya

Mengakar Karena Hutan

Berbicara tentang keanekaragaman hayati, tak lepas dari peranan manusia itu sendiri di dalamnya. Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa hutan mampu menjadi akar kebudayaan masyarakat setempat. Masyarakat yang dengan arif dan bersahabat telah mendiami hutan selama ini. 

Ya, hutan memang mampu memberikan kehidupan kepada tumbuhan, hewan, dan manusia yang hidup di dalamnya. Kenyataannya, dari ribuan suku yang ada di Indonesia, masih ada yang hidup bergantung pada keberadaan hutan. Mereka menyatu dengan hutan, tidak keluar dari hutan, dan terus hidup berdampingan dengan ekosistem di dalamnya. Beberapa contoh suku adat yang masih menetap di dalam hutan hingga kini di antaranya adalah suku Sakai, Mante, Kombai, Togutil, dan Kajang.

Mereka merasa kebutuhan hidupnya telah tercukupi dengan hidup di dalam hutan. Mereka tidak membutuhkan hiruk pikuk kemodernan dunia yang telah melesat jauh. Makanya, penting untuk menjaga kelestarian hutan agar suku-suku yang menghuninya juga merasa nyaman. Dengan terjaganya keharmonisan kehidupan suku-suku tersebut, secara otomatis, kebudayaan Indonesia yang berasal dari kebudayaan daerah mereka ini juga akan terjaga.

Itulah beberapa alasan yang bisa saya angkat untuk menjaga hutan tetap lestari di Hari Hutan Indonesia. Masih banyak alasan-alasan lain yang bisa dijadikan pijakan agar hutan kita tetap lestari. Karena keberlangsungan ekosistem kehidupan, juga berawal dari hutan.




Aminnatul Widyana Mom of 2 kiddos/ Ahmad Rahman Budiman's wife/ teacher/ blogger

0 Response to "Hutan Sumber Kehidupan, Bukan Sekadar Payung Kala Hujan"

Post a Comment

Terima kasih sudah singgah di blog amiwidya.com.
Saya persilakan menambahkan komentar untuk melengkapi postingan blog di atas.
Semoga bermanfaat & menginspirasi buat semua...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel