PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK



PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN HASIL PENGAMATAN DI KELAS IV SDN MADYOPURO 4 MALANG

pendekatan saintifik
Gambar oleh freepik


BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bab I membahas tentang: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) hipotesis tindakan penelitian, (e) manfaat penelitian, (f) ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, dan (g) definisi operasional.

A.    Latar Belakang Masalah
“Implementasi kurikulum 2013 telah ditetapkan dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 81a tahun 2013, disebutkan bahwa Implementasi  kurikulum  pada  Sekolah  Dasar/Madrasah  Ibtidaiyah  (SD/MI) dilakukan  secara  bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014” (Kemdikbud, 2013:70). Jadi penerapannya tidak serempak di sekolah-sekolah seluruh Indonesia. Akan tetapi dilakukan di sekolah-sekolah tertentu yang dipilih dan dianggap mumpuni untuk menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain di daerahnya. Untuk lingkup SD baru diterapkan di kelas I dan kelas IV, sedangkan untuk kelas II, III, V, dan VI masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan Pasal 35, yaitu kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
“Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan ketentuan yuridis yang mewajibkan adanya pengembangan kurikulum baru, landasan filosofis, dan landasan empirik. Digunakan pendekatan tematik integratif/terpadu untuk pengemasan materinya dan pendekatan saintifik/ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajarannya,” (Majid, 2014:29).
Pembelajaran dengan pendekatan tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu, dalam pembahasan tema itu ditinjau dari berbagai matapelajaran. Meskipun demikian, tidak semua matapelajaran bisa ditematikkan dengan baik, jadi diperlukan analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) agar materi pembelajaran cocok. Sedangkan dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) daripada penalaran deduktif (deductive reasoning) oleh karena itu digunakan pendekatan saintifik.
“Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah merupakan pendekatan yang merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik” (Kemdikbud, 2013:80). Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat rangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi dan ekperimen, kemudian merumuskan dan menguji hipotesis.
Proses pembelajaran dalam menerapkan pendekatan saintifik harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran . Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.
Berdasarkan hasil observasi peneliti pada hari Kamis tanggal 3 April 2014 di SDN Madyopuro 4 Malang melalui pengamatan di kelas IV, pembelajaran sampai pada tema ke-7 Cita-citaku, Sub tema 7.2 Hebatnya Cita-citaku, pembelajaran 1. Ditemukan kenyataan bahwa siswa sebanyak 48 anak telah dibagi dalam 6 kelompok belajar yang beranggota 8 siswa di tiap-tiap kelompoknya. Posisi duduk siswa kurang strategis (tidak semua siswa menghadap ke guru) saat guru memberikan penjelasan tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan membuat sebagian siswa tidak konsentrasi terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Ada sekitar 8 sampai 10 siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, 2 siswa tidur-tiduran dan terlihat bosan di raut wajahnya, ada juga yang sibuk bermain dengan alat tulisnya, dan berbicara dengan teman sehingga ketika guru memberi tugas, sebagian besar belum memahami. Metode yang digunakan guru hanya ceramah, kemudian pada saat siswa diberi kesempatan untuk bertanya, tidak satu pun siswa yang menanyakan materi yang telah disampaikan.
Kelompok siswa yang duduk di pojok juga sibuk bermain dengan kotak pensil di mejanya. Pada waktu mereka sudah diminta untuk mengerjakan tugas, mereka menemui kesulitan, lalu ada 12 orang yang mendekati guru secara bergantian dan menanyakan maksud dari tugas yang diberikan. Oleh karena kondisi pembelajaran yang sedemikian itu, siswa belum dapat menyimpulkan hasil pembelajaran dengan baik sebagaimana yang diharapkan.
Observasi dilanjutkan pada hari Kamis tanggal 24 April 2014 dengan melakukan wawancara dengan guru kelas IV (Bu Daniesta), dan diperoleh informasi bahwa di SDN Madyopuro 4 Malang memang sudah diterapkan Kurikulum 2013 untuk kelas I dan kelas IVnya. Setiap pembelajaran, guru mengajar sesuai dengan acuan kegiatan di buku guru dan menggunakan buku siswa sebagai panduan aktivitas belajar siswa. Akan tetapi menurut informasi yang didapat, siswa masih belum bisa membuat laporan hasil pengamatan secara mandiri. Selama ini untuk melaporkan hasil pengamatan baik laporan dalam bentuk lisan, bagan, maupun tulisan deskriptif masih dengan cara dituliskan guru di papan tulis terlebih dahulu, setelah itu baru mereka tulis di buku mereka.
Padahal di dalam kurikulum 2013 yang diupayakan menerapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajarannya, diharapkan siswa dapat mengomunikasikan apa yang telah dipelajarinya setelah melalui rangkaian kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen, dan mengasosiasi/mengolah informasi. Sedangkan dari hasil observasi, serangkaian kegiatan tersebut belum nampak keseluruhannya dan kemampuan siswa terutama pada kegiatan mengomunikasikan masih perlu ditingkatkan lagi.
Kondisi pembelajaran pada saat ini, melalui kurikulum 2013, diharapkan agar siswa mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab atau menyelesaikan tugas saja. Pembelajaran diharapkan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghapal semata). Maka dari itu, perlu adanya perbaikan proses pembelajaran yang awalnya siswa hanya mendengarkan ceramah dan mengerjakan tugas di buku, menuju pola pikir analitis dengan menerapkan pendekatan saintifik.
Penerapan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan menulis laporan hasil pengamatan di tingkat Sekolah Dasar belum pernah dilakukan karena hal ini merupakan bagian dari Kurikulum baru di tahun 2013. Tetapi dalam materi diklat Kurikulum 2013 dijelaskan bahwa pembelajaran berbasis pendekatan saintifik itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10% setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25%. Pada pembelajaran berbasis pendekatan saintifik, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90% setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50% sampai dengan70%.
Untuk itu peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Laporan Hasil Pengamatan di Kelas IV SDN Madyopuro 4 Malang”. Karena selain peneliti menginginkan adanya perbaikan pembelajaran di kelas IV SDN Madyopuro 4 dengan menerapkan kurikulum 2013, peneliti juga mendapatkan dukungan sepenuhnya dari pihak sekolah terutama guru kelas IV.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan judul di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah penerapan pendekatan saintifik dalam meningkatkan kemampuan menulis laporan hasil pengamatan makanan sehat di kelas IV SDN Madyopuro 4?
2.      Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis laporan hasil pengamatan makanan sehat melalui penerapan pendekatan saintifik di kelas IV SDN Madyopuro 4?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk mendeskripsikan penerapan pendekatan saintifik dalam meningkatkan kemampuan menulis laporan hasil pengamatan makanan sehat di kelas IV SDN Madyopuro 4.
2.      Untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan siswa menulis laporan hasil pengamatan makanan sehat melalui penerapan pendekatan saintifik di kelas IV SDN Madyopuro 4.

D.    Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian ini adalah jika dalam menulis laporan hasil pengamatan menggunakan pendekatan saintifik maka kemampuan siswa akan meningkat.

E.     Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, yaitu:
1.    Bagi guru Sekolah Dasar, sebagai bahan masukan dan inovasi dalam penerapan pendekatan saintifik.
2.    Bagi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu informasi/temuan tentang kurikulum 2013.
3.    Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran tematik integratif khususnya di kelas IV SDN Madyopuro 4 Malang.
4.    Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai masukan untuk menambah wawasan dan dapat ditindaklanjuti untuk penelitian yang sejenis.

F.     Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1.      Ruang lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah pembelajaran di kelas IV semester 2 tema ke-9 Makananku Sehat dan Bergizi, Sub Tema 9.1 Makananku Sehat dan Bergizi, pembelajaran 1 dan pembelajaran 5. Penelitian ini dilakukan di SDN Madyopuro 4 Kedungkandang Malang.
2.      Keterbatasan penelitian
a.    Subjek dari penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV sejumlah 48 siswa.
b.    Penelitian ini dilakukan bersiklus dan dibatasi 2 siklus hanya pada Bulan Mei.
c.    Pembelajaran 1 siklus dilakukan dalam waktu 7 x 35 menit.
d.   Hasil dari penelitian ini hanya untuk diterapkan di kelas IV.



G.    Definisi Operasional
1.      Pendekatan saintifik adalah sudut pandang terhadap pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah dengan cara menulis laporan hasil pengamatan makanan sehat.
2.      Kemampuan menulis adalah suatu kegiatan mengomunikasikan ungkapan ide/pikiran, perasaan, dan kemampuannya kepada orang lain melalui tulisan, dari hasil pengamatan makanan sehat yang telah dilakukan.
3.      Laporan hasil pengamatan adalah hasil dokumentasi dalam bentuk tulisan sistematis yang dilakukan melalui pengamatan makanan sehat sehingga diperoleh gambaran dari kegiatan tersebut.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab II membahas kajian pustaka tentang: (a) Kurikulum 2013, (b) pendekatan saintifik, (c) kemampuan menulis di sekolah dasar, (d) menulis laporan hasil pengamatan, (e) kerangka operasional pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan menulis laporan hasil pengamatan di kelas IV.

A.    Kurikulum 2013
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: “(1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab” (Kemdikbud, 2013:72).
Kemdikbud menegaskan pula bahwa, “Generasi yang kreatif dan berkarakter kuat adalah generasi yang mampu bersaing di era persaingan global di masa depan” (Husamah dan Setyaningrum, 2013:4). Oleh karena itu, proses pendidikan harus dirancang untuk mengasah rasa keingintahuan intelektual yang akan melahirkan kreativitas, di sinilah pentingnya penyempurnaan kurikulum di Indonesia.
Perubahan kurikulum terjadi karena adanya penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Tetapi yang paling mendasar adalah agar kurikulum yang diterapkan tersebut mampu menjawab tantangan zaman yang terus berubah. Selain itu juga untuk mempersiapkan anak bangsa yang mampu bersaing di masa depan dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Tahun 2013 perubahan kurikulum kembali terjadi di tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK. Pihak pemerintah menyebutnya sebagai pengembangan kurikulum, bukan perubahan kurikulum” (Kurniasih dan Sani, 2014:32). Jadi kurikulum 2013 merupakan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 (KBK) lalu diteruskan dengan kurikulum tahun 2006 (KTSP).
Dalam materi pelatihan kurikulum 2013 dijelaskan bahwa kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum dartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik. Kompetensi untuk Kurikulum 2013 tingkat SD/MI dirancang sebagai berikut (Kemdikbud, 2013:73).
1.    Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
2.    Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.
3.    Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema.
4.    Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.
5.    Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
6.    Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema. Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau matapelajaran di kelas tersebut.
7.    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD untuk matapelajaran dan kelas tersebut.

Pengemasan materi pembelajaran untuk jenjang Sekolah Dasar atau yang sederajat pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan tematik yang sering juga disebut tematik terintegrasi/tematik terpadu. “Model pembelajaran tematik memiliki perbedaan kualitatif (qualitatively different) dengan model pembelajaran lain, karena sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi pengembangan dimensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan” (Kemdikbud, 2013:192).
Untuk proses pembelajaran pada kurikulum 2013 menggunaan pendekatan saintifik. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami  berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu. Selain itu, proses pembelajaran juga harus menyentuh 3 ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

B.     Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah.  Pendekatan saintifik (scientific approach) dalam pembelajaran meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk matapelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural.
Sudarwan dalam pelatihan kurikulum 2013 tentang pendekatan saintifik menjelaskan bahwa pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.
“Pembelajaran dengan pendekatan saintifik menekankan kepada pentingnya kolaborasi dan kerja sama di antara peserta didik dalam menyelesaikan setiap permasalahan dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru sedapat mungkin menciptakan pembelajaran selain dengan tetap mengacu Standar Proses di mana pembelajarannya diciptakan suasana memuat eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, juga mengedepankan kondisi peserta didik yang berperilaku ilmiah dengan bersama-sama diajak mengamati, menanya, menalar, merumuskan, menyimpulkan, dan mengomunikasikan” (Majid, 2014:195). Sehingga anak akan dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik.
Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut.
1.        Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2.        Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3.        Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
4.        Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.
5.        Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
6.        Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.
7.        Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun sistem penyajiannya menarik.
Langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik bisa dicermati dari uraian yang diringkas dari buku Pembelajaran Tematik Terpadu karya Majid (2014:211-234) berikut ini.
1.    Mengamati
Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Keunggulannya, dengan menyajikan media obyek secara nyata, siswa akan senang dan tertantang, selain itu juga mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
Kegiatan mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Melalui kegiatan menanya, siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.  Kegiatan mengamati dalam pembelajaran menurut Majid dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini (2014:212).
a.       Menentukan objek apa yang akan diobservasi
b.      Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
c.       Menentukan  secara jelas  data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
d.      Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
e.       Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
f.       Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.


2.    Menanya
Guru harus mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal.
3.    Menalar
Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan  antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu.
4.    Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, siswa harus mencoba atau melakukan percobaan, terutrama untuk materi yang sesuai. Siswa juga harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan siswa. Guru bersama siswa juga harus mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan. Selain itu, perlu memperhitungkan tempat dan waktu. Guru pun harus menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan siswa. Masalah yang akan dijadikan eksperimen jg harus dibicarakan. Guru harus membimbing siswa selama eksperimen. Langkah terakhir, hasil eksperimen didiskusikan secara klasikal.


5.    Mengolah
Pada tahap ini sedapat mungkin siswa dikondisikan belajar secara kolaboratif. Pada pembelajaran kolaboratif, kewenangan dan fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar. Sebaliknya, siswa lah yang harus lebih aktif.
6.    Menyimpulkan
Kegiatan ini bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok. Bisa juga dikerjakan sendiri setelah kegiatan mengolah informasi.
7.    Menyajikan
Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok atau individu. Pada tahapan ini meskipun tugas dikerjakan secara berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pengamatan dilakukan oleh masing-masing individu.
8.    Mengomunikasikan
Pada kegiatan akhir, diharapkan peserta didik dapat mengomunikasikan hasil pengamatan yang telah disusun baik secara kelompok maupun individu dari kesimpulan yang telah dibuat. Kegiatan ini dapat diklarifikasi oleh guru agar siswa mengetahui secara benar apakah jawaban yang disampaikan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki.

C.    Kemampuan Menulis di Sekolah Dasar
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, menulis merupakan “Kegiatan membuat huruf, angka, dsb dengan pena. Menulis juga dapat diartikan melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang cerita, membuat surat, berkirim surat)“ (1991:315).
“Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa dan dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu” (Tarigan, 1989:21). Menulis juga merupakan sebuah proses dalam rangka penyampaian simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.
“Menulis dapat dipandang pula sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat fleksibel. Rangkaian aktivitas yang dimaksud meliputi pramenulis, penulisan draft, revisi, penyuntingan, dan publikasi atau pembahasan” (Rofi’udin dan Zuhdi, 1999:76). Selain itu, Rofi’udin dan Zuhdi (1999:158) juga menyatakan bahwa, “Menulis adalah suatu proses menuangkan pikiran, perasaan, gagasan, pendapat tentang sesuatu, tanggapan terhadap suatu pernyataan, keinginan, atau pengungkapan perasaan dengan menggunakan bahasa secara tertulis.”
Dari beberapa pengertian menulis di atas, bisa diartikan menulis adalah suatu keterampilan dalam mengungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk lambang-lambang yang terangkai dalam kata dan kalimat yang memiliki makna dan bermanfaat baik bagi penulis maupun pembacanya. Menulis juga merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bermanfaat dalam kehidupan setiap orang.
Tujuan menulis yang harus dicapai melalui menulis di Sekolah Dasar ialah agar siswa memahami cara menulis berbagai hal yang telah dikemukakan serta mampu mengomunikasikan ide/pesan melalui tulisan. Tujuan menulis yang perlu diperhatikan bukan hanya memupuk pengetahuan dan keterampilan menulis, tetapi juga harus memupuk jiwa estetis, informatif, dan persuasif. Dalam bukunya, Akhadiyah, dkk menyatakan bahwa, Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan” (1999:2).
“Permasalahan yang sering timbul dalam kegiatan belajar-mengajar menulis bersumber dari semua komponen yang merupakan unsur penentu keberhasilan pengajaran tersebut, yakni guru, siswa, media, materi, dan penilaian” (Supriyadi, 1992:230). Oleh karena itu semua komponen tersebut perlu mendapat penataan lebih maksimal lagi agar mendapat hasil yang optimal.
Permasalahan pengajaran menulis yang sering terjadi di SD dan cara mengatasinya dapat dicermati pada uraian berikut.
1.      Siswa
Permasalahan yang timbul dari siswa antara lain, rendahnya bakat dan minat untuk menguasai keterampilan menulis. Akibat dari rendahnya minat siswa tersebut, mereka menulis dengan tulisan yang asal dapat dibaca sendiri. Selain itu, mereka juga malas menulis karena dirasakan sebagai beban yang berat. Untuk mengatasi permasalahan seperti ini, guru harus mampu memberi motivasi agar para siswa menyadari bahwa menulis merupakan suatu keterampilan yang mutlak diperlukan untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan.
2.      Guru
Tidak semua guru memiliki kualifikasi sebagai tenaga pengajar yang professional, terutama di tingkat SD. Bahkan di beberapa sekolah masih kekurangan guru dan dilaksanakan pembelajaran kelas rangkap. Untuk mengatasi permasalahan yang demikian, peningkatan kualifikasi guru mutlak diperlukan. Salah satu caranya adalah dengan mengikuti diklat, kursus, lomba menulis, atau diadakan pembinaan dan memotivasi para guru SD untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang menulis.
3.      Tujuan
Hendaknya guru berusaha menanamkan tujuan menulis, bukan sekedar tulisan siswa dapat dibaca oleh mereka sendiri. Sejak kelas 1 harus sudah disadarkan bahwa menulis itu memiliki tujuan artistic (nilai keindahan), tujuan informatif, yaitu memberikan informasi kepada pembaca, dan tujuan persuasif, yakni mendorong atau menarik perhatian pembaca agar mau menerima informasi yang disampaikan penulis.
4.      Bahan atau materi pengajaran
Karena materi yang disajikan terlalu luas dan kompleks, sehingga jika guru kurang terampil maka materi tidak akan tersampaikan seluruhnya. Akibatnya, pembahasan kurang mendalam dan belum mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mengatasi hambatan seperti ini, bisa dilaksanakan pembelajaran tematik terpadu.
5.      Metode mengajar
Masih banyak guru mengajar dengan menggunakan metode yang tidak sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan dewasa ini sehingga hasilnya belum optimal. Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya pembinaan kesadaran guru dalam meningkatkan kemampuan mengembangkan metode mengajar menulis di SD.


6.      Media pengajaran menulis
Media memegang peranan penting dalam usaha meningkatkan hasil belajar semaksimal mungkin. Tampaknya masih sedikit guru yang menggunakan media dalam mengajarkan keterampilan menulis. Oleh karena itu sebaiknya guru mempersiapkan berbagai macam media yang dapat dipergunakan dalam mengajarkan keterampilan menulis.
7.      Penilaian keterampilan menulis
Penilaian keterampilan menulis sering menggunakan cara menulis karangan bebas. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam menentukan kriteria penilaian. Hasil penilaiannya terlalu subjektif sehingga tidak bisa menempatkan anak seobjektif mungkin. Masalah tersebut bisa dihindari dengan menciptakan alat evaluasi yang lebih efektif. Misalnya dengan cara mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam sebuah tulisan, membubuhkan tanda baca dan penggunaan ejaan yang benar, atau dengan mengembangkan pokok-pokok pikiran yang telah disiapkan guru.
Pengembangan keterampilan menulis antara lain meliputi:
1.      Keterampilan fisik seperti memegang pensil, cara duduk, dan kosa kata.
2.      Pengembangan tulisan tangan dan cetak.
3.      Keterampilan menggunakan tanda baca, huruf kapital, ejaan, dan kosakata.
4.      Penggunaan pola kalimat dan tata bahasa.
5.      Pemilihan gaya penulisan sesuai dengan tujuannya.
6.      Keterampilan menyunting, seperti memeriksa tulisan sendiri, memperbaiki, dan memeriksa hasil karangan sendiri.
7.      Penyusunan kerangka karangn dan keterampilan mengorganisasi idea tau gagasan secara efektif.
8.      Siswa mempelajari keterampilan menulis untuk kepentingan sendiri atau bekerja.

D.    Menulis Laporan Hasil Pengamatan
“Laporan adalah tulisan yang berisi hasil pengamatan terhadap sebuah tempat atau suatu pekerjaan. Isi laporan ialah hal-hal penting yang berkaitan langsung dengan tanggung jawab yang dibebankan kepada pembuat laporan” (Warsidi, 2008:62). “Sedangkan menurut Nur’aini, laporan pengamatan adalah menyampaikan atau memberitahukan sesuatu dari hasil yang telah diamati” (2008:110).
Untuk menulis sebuah laporan yang sederhana, secara teknis sudah dituntut memenuhi persyaratan dasar seperti kalau kita menulis laporan hasil pengamatan secara lengkap. Laporan seharusnya dapat menunjukkan kompetensi yang telah dipelajari, menunjukkan kompetensi dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar, serta laporan harus efektif dan efisien.
Menurut Cheong (Depdiknas, 2007:50), secara umum laporan yang baik harus dapat:
1.      Memberikan laporan secara tepat dan jelas atas semua langkah kegiatan yang dilakukan dari sebuah kegiatan.
2.      Merefleksikan efektivitas dan efisiensi keterampilan yang digunakan selama melakukan sebuah kegiatan.
3.      Menyajikan informasi dalm urutan yang dapat diterima dan masuk akal.
4.      Ditulis dalam format yang jelas.
5.      Ditulis dalam kaidah bahasa yang benar.
6.      Mencantumkan semua sumber referensi secara proposional.
     
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan laporan adalah setiap tulisan yang diorganisasikan dan mengandung informasi, ditulis untuk suatu tujuan tertentu dalam kaidah bahasa yang benar. Laporan harus dimulai dengan pendahuluan dan diakhiri dengan kesimpulan. Di antara pendahuluan dan kesimpulan ada 3 bagian yaitu metode yang digunakan, hasil, dan pembahasan. Ketiga bagian tersebut meliputi sekitar 70% sampai 90% dari total keseluruhan laporan yang disusun. Penamaan kelima bagian yaitu pendahuluan, metode yang digunakan, hasil, pembahasan, dan kesimpulan dimaksudkan agar mudah dikenali.
Berikut ini adalah tahapan selama menulis laporan menurut Cheong (Depdiknas, 2005:52-54).
1.      Penganalisisan pokok bahasan atau tugas
Laporan dikembangkan berdasarkan pokok bahasan yang telah dipilih atau ditugaskan. Oleh karena itu, laporan yang disusun harus sesuai dengan semua persyaratan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Jadi semua pokok bahasan tugas yang diberikan dan akan dikerjakan harus dimengerti secara jelas.
2.      Penelaahan ulang pokok bahasan
Gagasan yang dikembangkan dalam penulisan harus dibuat berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya. Tujuannya agar dapat menjadikannya sebagai acuan dari penulisan laporan. Salah satu cara yang baik untuk melakukan hal ini adalah dengan membaca sebanyak mungkin sumber informasi/literatur yang berhubungan dengan hal yang akan diamati.
3.      Perencanaan
Penulisan yang baik berkembang dari perencanaan yang baik pula. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menuangkan ide-ide secara umum. Kemudian mengorganisasikan ide-ide tersebut dalam bentuk judul dan subjudul yang akan digunakan dalam laporan. Jika sudah selesai, maka periksa kembali dengan teliti apakah ide tersebut telah tersusun dengan logis, apakah pendapat sudah dikembangkan secara sistematis, dan apakah perencanaan sudah mencakup keseluruhan ide.
4.      Membuat konsep laporan
Makalah yang baik dihasilkan dari konsep yang sempurna. Pada konsep awal, tuliskan ide-ide secara vertikal. Kemudian tuliskan dalam kalimat dan paragraf yang sederhana. Buatlah kesimpulan dalam satu paragraf dalam satu kalimat yang diletakkan di awal atau akhir paragraf.
5.      Mengonsep ulang
Laporan harus dapat mengemukakan ide secara jelas. Ketika melakukan revisi konsep, penilaiannya harus objektif. Perhatikan hal-hal yang dapat membingungkan pembaca. Kelayakan dan akurasi adalah dua kunci utama untuk merevisi konsep yang telah dibuat.
Lebih singkatnya, menulis sebuah laporan hasil pengamatan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1.      Menyusun catatan-catatan pokok
2.      Menulis konsep awal berdasarkan catatan-catatan pokok
3.      Mencari masukan untuk memperbaiki konsep awal yang telah ditulis
4.      Memperbaiki tulisan berdasarkan masukan agar laporan menjadi lebih baik
Pada langkah-langkah pendekatan saintifik, menulis laporan hasil pengamatan termasuk dalam rangkaian kegiatan menyimpulkan, menyajikan dan mengomunikasikan. Untuk kelas IV, dalam membuat laporan hasil pengamatan bisa dibantu dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada suatu kesimpulan. Selain itu, bisa juga dengan menyimpulkan dari sebuah tabel dan peta pikiran/bagan. Setelah kegiatan menyimpulkan, dilanjutkan dengan menyajikannya dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok atau individu. Terakhir yaitu mengomunikasikan hasilnya di depan kelas.

E.     Kerangka Operasional Pembelajaran dengan Menerapkan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Laporan Hasil Pengamatan di kelas IV
1.      Siklus 1
Pada siklus 1 mulai diadakan pembelajaran 1 dari Sub Tema 9.1 Makananku Sehat dan Bergizi. Pembelajaran 1 ini merupakan gabungan dari muatan (matapelajaran) matematika, Bahasa Indonesia, dan Ilmu Pengetahuan Alam yang bisa diamati dari Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Muatan Kompetensi Sub Tema 9.1 Pembelajaran 1

No
Muatan
Kompetensi Dasar
Indikator
1.
Matematika
1.1 Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2.2 Memiliki rasa ingin tahu dan ketertarikan pada matematika yang terbentuk melalui pengalaman belajar.
3.3 Memahami aturan pembulatan dalam membaca hasil pengukuran dengan alat ukur.
4.17 Menyatakan kesimpulan berdasarkan data tabel atau grafik.







1.      Mengumpulkan data dengan menggunakan turus (tally) dan membulatkan hasilnya.
2.      Menyusun laporan kesimpulan berdasarkan data tabel atau grafik.
2.
Bahasa Indonesia
1.2 Mengakui dan mensyukuri anugerah Tuhan yang Maha Esa atas keberadaan lingkungan dan sumber daya alam, alat teknologi modern dan tradisional, perkembangan teknologi, energi, serta permasalahan sosial.
2.4 Memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya alam melalui pemanfaatan bahasa Indonesia.
3.4 Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan Sumber Daya Alam dengan bantuan guru dan teman dalam Bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.
4.4 Menyajikan teks cerita petualangan tentang lingkungan dan Sumber Daya Alam secara mandiri dalam teks bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.
3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan
tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.














1.      Membuat   peta pikiran dari teks cerita petualangan.





2.      Menceritakan  suatu peristiwa saat mengonsumsi suatu makanan.



3.      Menggali informasi dari laporan tentang makan malam yang dikonsumsi.





4.      Membuat laporan  dari data kelas yang terkumpul.
3.
Ilmu Pengetahuan Alam
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya.
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, obyektif, jujur, teliti, cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, dan peduli lingkungan) dalam
aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi.
3.7 Mendeskripsikan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4.6 Menyajikan laporan tentang Sumber Daya Alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat.



















1.      Mengelompokkan makanan berdasarkan jenisnya.

2.      Menyimpulkan bahwa makanan-makanan kita berasal dari sumber daya alam.

Dengan beberapa muatan pada Tabel 2.1, guru bisa memulai pembelajaran dengan salam, doa, persensi, lalu memperlihatkan sayur-sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan (apel, jeruk, tomat, bayam, sawi, dan kacang panjang) yang akan diamati siswa. Dilanjutkan dengan eksplorasi materi yaitu tentang makanan sehat dan bergizi dan eksplorasi tujuan yaitu agar bisa menulis laporan hasil pengamatan tentang makanan sehat dan bergizi.
Saat kegiatan inti, pada kegiatan 1 guru menjelaskan langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dimulai dengan siswa mengamati contoh peta pikiran tentang wortel. Setelah itu guru membagi kelas menjadi 6 kelompok, masing-masing beranggota 8 orang. Kemudian setiap kelompok menyiapkan 1 macam sayuran atau buah untuk diamati. Dari hasil pengamatan, siswa dipersilakan menanyakan hal-hal yang belum dipahami berkaitan dengan sayuran yang ada di kelompok mereka. Lalu, siswa bersama guru menalar dengan membuat peta pikiran tentang sayur dan buah yang tersedia di kelompok masing-masing. Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Du Di Dam dan mendaftar sarapan teman-teman sekelompoknya
Kemudian pada kegiatan 2, ditunjuk perwakilan setiap kelompok dan diminta mendatangi minimal 3 kelompok lain secara bergiliran untuk menggabungkan data yang dimiliki dengan data kelompok lain. Hasil penggabungan ditulis di LKK yang tersedia. Lalu perwakilan kelompok kembali ke kelompok masing-masing untuk menyampaikan hasil penggabungan data dengan kelompok yang didatanginya. Dengan demikian maka terkumpullah data seluruh kelas untuk dibuat kesimpulan sebagai bahan membuat laporan hasil pengamatan.
Pada kegiatan 3, siswa menyimpulkan data yang diperoleh dengan menjawab beberapa pertanyaan di LKK dan mengisi tabel penggolongan makanan berdasarkan kandungan zatnya untuk dijadikan laporan hasil pengamatan. Setelah itu siswa diberi kesempatan untuk menyajikan laporan hasil pengamatan dengan menempelkan LKK di papan tulis dan masing-masing perwakilan kelompok mengomunikasikan dengan cara membacakan laporan hasil pengamatan yang telah ditempel di papan tulis kepada kelompok lain.
Saat kegiatan akhir, siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah
dipelajari. Setelah itu refleksi dan guru menyampaikan pesan moral agar siswa membiasakan diri memakan makanan yang sehat dan bergizi. Lalu pembelajaran ditutup dengan doa dan salam penutup.
2.      Siklus 2
Pada siklus 2 mulai diadakan pembelajaran 2 dari Sub Tema 9.1 Makananku Sehat dan Bergizi. Pembelajaran 5 ini merupakan gabungan dari muatan (matapelajaran) Seni Budaya dan Prakarya, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Indonesia, dan Ilmu Pengetahuan Alam yang bisa diamati dari Tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2 Muatan Kompetensi Sub Tema 9.1 Pembelajaran 5

No
Muatan
Kompetensi Dasar
Indikator
1.
Seni Budaya dan Prakarya
1.1 Mengagumi ciri khas keindahan karya seni dan karya kreatif masing-masing daerah sebagai anugerah Tuhan.
2.1 Menunjukkan sikap berani mengekspresikan diri dalam berkarya seni.
3.2 Membedakan panjang-pendek bunyi, dan tinggi-rendah nada dengan gerak tangan.
4.5 Menyanyikan lagu dengan gerak tangan dan badan sesuai dengan tinggi rendah nada.








1.      Mengidentifikasi panjang-pendek bunyi dan tinggi rendah nada dengan gerak tangan
2.      Menampilkan lagu dengan gerak tangan sesuai dengan tinggi rendah nada
2.
Ilmu Pengetahuan Sosial
1.3 Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya.
2.3 Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya.
3.3 Memahami manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di sekitarnya.
4.3 Menceritakan manusia
dalam hubungannya dengan
lingkungan geografis tempat
tinggalnya.








1.      Mengidentifikasi bahwa
kehidupan manusia sesuai dengan kondisi geografis di sekitarnya.
2.      Menjelaskan hubungan antara manusia dengan lingkungan geografis tempat tinggalnya.
3.
Bahasa Indonesia
1.2 Mengakui dan mensyukuri anugerah Tuhan yang Maha Esa atas keberadaan lingkungan dan sumber daya alam, alat teknologi modern dan tradisional, perkembangan teknologi, energi, serta permasalahan sosial.
2.2 Memiliki kedisiplinan dan  tanggung jawab terhadap penggunaan alat teknologi modern dan tradisional,  proses pembuatannya melalui
pemanfaatan bahasa Indonesia.
3.2 Menguraikan teks instruksi tentang pemeliharaan pancaindera serta penggunaan alat teknologi modern dan tradisional dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.
4.2 Menerangkan dan
mempraktikkan teks arahan/
petunjuk tentang pemeliharaan pancaindera serta penggunaan alat teknologi modern dan tradisional secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.
















1.      Menceritakan kembali teks instruksi tentang makanan/minuman secara lisan dengan menggunakan kosakata baku.




2.      Membuat teks arahan/petunjuk tentang cara membuat suatu makanan/minuman secara tertulis dengan menggunakan kosakata baku.
4.
Ilmu Pengetahuan Alam
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewujudkannya dalam
pengamalan ajaran agama yang dianutnya.
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, obyektif, jujur, teliti, cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka,
dan peduli lingkungan) dalam
aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi.
3.7 Mendeskripsikan hubungan antara Sumber Daya Alam dengan lingkungan, teknologi,
dan masyarakat.
4.6 Menyajikan laporan tentang Sumber Daya Alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat.



















1.      Menjelaskan hubungan antara Sumber Daya Alam dengan lingkungan, teknologi.

2.      Membuat laporan tertulis tentang pemanfaatan Sumber Daya Alam.

Dengan beberapa muatan pada Tabel 2.2, guru memulai pembelajaran dengan salam, doa, persensi, dan apersepsi dengan menanyakan buah-buahan yang disukai siswa. Dilanjutkan dengan eksplorasi materi tentang makanan sehat dan bergizi dan eksplorasi tujuan agar bisa menulis laporan hasil pengamatan tentang makanan sehat dan bergizi.
Saat kegiatan inti pertama, guru memulai dengan permainan “konsentrasi menyebutkan nama buah-buahan”. Siswa yang mengulang nama buah, dimana nama tersebut telah disebutkan temannya, diminta maju untuk memimpin teman-temannya bernyanyi lagu Pepaya Mangga Pisang Jambu. Sebelum kegiatan bernyanyi, siswa mencatat lagu dan notnya terlebih dahulu. Jika sudah selesai, maka guru bisa memutarkan video lagu tersebut untuk mengiringi mereka bernyanyi.
Selanjutnya, kelas dibagi dalam 6 kelompok masing-masing beranggota 8 orang untuk mencoba membuat teh lemon. Kemudian siswa diminta menyiapkan alat untuk membuat teh lemon, yaitu gelas, sendok, dan pisau. Dilanjutkan dengan menyiapkan bahan, yaitu satu gelas teh yang sudah diseduh dengan air putih hangat atau dingin, gula pasir secukupnya (±1 sendok makan atau 2 sendok teh), dan sebuah jeruk lemon atau jeruk nipis. Setelah alat dan bahan siap, siswa dipersilakan membuat teh lemon bersama kelompoknya. Sesudah mereka melakukan percobaan, maka setiap kelompok dibagi lagi menjadi 2 (masing-masing beranggota 4 orang agar lebih efektif) dan dipersilakan membuat laporan dalam bentuk tulisan.
Pada kegiatan 2, siswa tetap berkelompok 4 orang lalu diminta membuat resep makanan dan minuman beserta gambarnya. Jika sudah selesai, maka resep-resep buatan mereka bisa disajikan di papan tulis dan perwakilan kelompok bisa bergantian menceritakan resepnya kepada teman-teman.
Kemudian pada kegiatan 3, guru menunjukkan gambar berbagai jenis jeruk untuk diamati siswa. Kemudian siswa berlatih menalar dengan membaca teks tentang jeruk dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Jika sudah selesai, maka siswa bisa diajak untuk membahasnya. Selanjutnya, kelas dibagi menjadi 6 kelompok lagi masing-masing beranggota 8 siswa untuk mengamati gambar dan berdiskusi tentang contoh berbagai Sumber Daya Alam. Siswa diminta menjawab pertanyaan yang tersedia untuk dibuat kesimpulan sehingga bisa disusun menjadi laporan hasil pengamatan.
Saat kegiatan akhir, siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah
dipelajari. Setelah itu refleksi dan tindak lanjutnya siswa diberi tugas rumah untuk mencari informasi tentang SDA melalui wawancara. Lalu ditutup dengan doa dan salam penutup.




Aminnatul Widyana Mom of 2 kiddos/ Ahmad Rahman Budiman's wife/ teacher/ blogger

0 Response to "PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK"

Post a Comment

Terima kasih sudah singgah di blog amiwidya.com.
Saya persilakan menambahkan komentar untuk melengkapi postingan blog di atas.
Semoga bermanfaat & menginspirasi buat semua...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel