JANGKAULAH YANG TAK TERJANGKAU!



JANGKAULAH YANG TAK TERJANGKAU!

Hidup sehari tanpa internet? Itu mah biasa…
Hidup sehari tanpa sinyal? Juga biasa…
Hidup sehari tanpa listrik? Gak terasa…

Internet belum familiar, sinyal ada di puncak bukit, listrik 4 jam nonstop dari pukul 18.00 WITA sampai pukul 22.00 WITA, jauh dari pusat kota dan keramaian, jalan berbatu berkelok-kelok, dan untuk mencukupi kebutuhan esensial akan air harus mengambil di mata air. Itulah sedikit potret kehidupan warga di pedalaman.
Bagiku, memasuki daerah semacam itu tentu membutuhkan adaptasi yang cukup membuat berat badan turun 4 kg hanya dalam waktu 2 minggu. Setelah hidup di Kota Malang dengan segala fasilitas, internet full, sinyal lancar, listrik mengalir, dengan serta merta harus menjalani tugas selama 1 tahun sebagai guru Sekolah Dasar di Desa Nggalak Kecamatan Reok Barat Kabupaten Manggarai. Benar-benar sebuah pengalaman yang tak terlupakan di tahun 2012-2013. Dimana internet sudah merajai dunia teknologi, sekolah-sekolah pun tek terlepas dari berkecimpung dengan dunia internet, kehidupan sehari-hari bisa dipermudah melalui belanja di internet, bahkan bermain dilakukan di internet juga sudah sangat biasa. Tentunya bagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan.
Bisa aku katakan hidup sehari tanpa internet itu sangat biasa, belum luar biasa karena aku sendiri sudah pernah hidup jauh dari jangkauan sinyal. Bahkan untuk sekedar SMS dan telpon pun tidak bisa. Sebenarnya di tempatku dulu ada sinyal, hanya milik telkomsel, namun tak tentu datangnya, hilang muncul tidak diketahui arah perginya. Itupun harus berjuang untuk menemukannya dengan mencari-cari di bawah pohon beringin yang terletak di sebelah barat lapangan desa. Bisa juga pergi ke depan puskesmas pembantu Desa Nggalak, nah di pojok pagar kayu sebelah timur laut itu harus dicari terlebih dahulu baru akan muncul sinyalnya. Kemerdekaan berinternet ria baru bisa aku rasakan saat aku pergi ke pusat kecamatan Reok. Namun jangan dibayangkan kemerdekaan itu seperti berinternet di Jawa. Pernah kualami selama seminggu aq berlibur di sana, sinyal hanya bisa untuk SMS dan telpon, tidak bisa terhubung ke internet. Aku sendiri belum mengetahui apa penyebanya.

Di bawah pohon beringin ini kadang muncul sinyal telkomsel

Nasib orang-orang pedalaman dengan anak-anak kota bagaikan langit dan bumi jika dibandingkan masalah pengalaman berinternet ria. Kasihan mereka di pelosok sana. Di zaman yang sudah canggih dan serba menggunakan teknologi modern ini, mereka masih hidup kesulitan dengan cara-cara tradisional, tidak tahu apa-apa tentang internet. Padahal memahami internet itu sangat penting demi kemajuan bangsa. Agar Indonesia tidak tertinggal dari negara-negara lain, kemakmuran rakyat lebih merata menjangkau ke seluruh pelosok negeri, dan tidak ada orang Indonesia yang akan dikatakan gagap teknologi lagi. Apalagi untuk anak-anak, mereka adalah generasi penerus bangsa yang juga berhak menikmati kemajuan dunia internet untuk melacak segala perkembangan dunia.
Selain itu, untuk mengerjakan aplikasi Dapodikdas dan Padamu Negeri yang beberapa tahun terakhir ini digalakkan pemerintah Indonesia untuk pendataan di sekolah-sekolah juga tidak terlepas dari yang namanya internet. Miris aku mendengar dari teman-teman seperjuangan SM3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluat, Tertinggal) yang harus rela malam-malam naik ke puncak bukit, memanjat pohon, begadang di tengah dinginnya  malam hanya demi mendapatkan sinyal internet yang lancar jaya dan terhubung ke aplikasi tersebut. Aku sendiri harus pergi ke kota jika ingin mengerjakan aplikasi itu. Demi mendapatkan sinyal dan terhubung ke internet…
Tidak bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika sampai 5 atau 10 tahun mendatang internet belum juga dikenal di pelosok negeri. Salah satu yang menjadi harapanku ketika meninggalkan tempat itu adalah, semoga desa yang telah memberikan pengalaman sangat berharga untukku ini suatu saat juga mendapatkan fasilitas internet seperti daerah-daerah lainnya. Ini penting demi kemajuan bangsa kita tercinta, Bangsa Indonesia. Aku akan lebih bersyukur lagi jika telkomsel bisa mewujudkan impianku itu, dengan demikian aku bisa menyambung lagi tali persaudaraan dengan orang-orang di sana, terutama dengan anak-anak didikku.



Penulis:
Aminnatul Widyana, S.Pd.
Guru Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T) Tahun 2012
Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru Sekolah Dasar
Universitas Negeri Malang (UM)

Aminnatul Widyana Mom of 2 kiddos/ Ahmad Rahman Budiman's wife/ teacher/ blogger

0 Response to "JANGKAULAH YANG TAK TERJANGKAU!"

Post a Comment

Terima kasih sudah singgah di blog amiwidya.com.
Saya persilakan menambahkan komentar untuk melengkapi postingan blog di atas.
Semoga bermanfaat & menginspirasi buat semua...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel