RADIKALISME DAN LIBERALISME DALAM ISLAM



Sumber gambar: wahidfoundation.org




A.     PANDANGAN ISLAM TERHADAP RADIKALISME
Islam sangat melarang RADIKALISME, karna Radikalisme adalah transformasi dari sikap pasif atau aktivisme kepada sikap yang lebih radikal, revolusioner, ekstremis, atau militan. Sementara istilah “Radikal” biasanya dihubungkan dengan gerakan-gerakan ekstrem kiri, “Radikalisasi” tidak membuat perbedaan seperti itu atau sebuah usaha sekelompokan orang yang ingin mencapai tujuannya dengan menghalalkan segala cara baik dengan jalan revolusioner atau dengan jalan ekstrimisme.
Seruan Islam Pada Sikap Moderat (Wasathiyah) Dan Peringatannya Terhadap Radikalisme ISLAM adalah sebuah manhaj yang moderat dalam segala sesuatu, baik dalam konsep, keyakinan, ibadah , ahlak, dan prilaku,muammalah, maupun syariat. Allah menyebut manhaj  sebagai jalan yang lurus (ash-shirat al-mustaqim), suatu manhaj yang berbeda dari jalan- jalan pemeluk berbagai agama dan falsafah lain,baik dari kalangan”orang – orang yang di murkai”maupun dari kalangan”orang-orang tersesat”, dimana manhaj mereka tidak terlepas dari radikalisme maupun pengabaian.


Sikap moderat (wasathiyah) merupakan salah satu karakteristik umum islam, yaitu karakteristik mendasar yang digunakan Allah untuk membedakannya dari ummat lainnya, Allah SWT berfirman dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu ummat penengah (pilihan), agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia......(Al-Baqarah: 143)

Ia adalah ummat yang adil dan moderat, menjadikan saksi baik di dunia maupuan di akhirat, terhadap setiap penyimpangan ke kanan maupun ke kiri dan garis tengah yang lurus.

 

Ketika seseorang mendengar kata “Islam Radikal” maka bayangan yang muncul di benaknya adalah kekerasan, kengototan, sifat memaksakan kehendak dan ekstrimnya para penganut aliran ini. Hal ini tentulah wajar karena memang tujuan pencetus istilah Islam radikal supaya semua orang menganggap bahwa Islam adalah agama yang meniadakan perikemanusian dan selalu ingin menang sendiri serta selalu menggunakan kekerasan dan senjata dalam rangka mengembangkan ajarannya. Dari sinilah perlu kiranya kita telaah bersama tentang hakikat Islam radikal, keberadaan, dan pengaruhnya terhadap dunia Islam atau non Islam.
Radikalisme berbasis atau atas nama agama kini menjadi perbincangan serius di mana-mana. Secara literal, ia adalah suatu paham yang menghendaki perubahan, pergantian, penghancuran (dekonstruksi) terhadap suatu sistem di masyarakat sampai ke akarnya, dengan berbagai cara, meski melalui tindakan kekerasa dan militeristik. Radikalisme menginginkan perubahan total terhadap suatu kondisi atau semua aspek kehidupan masyarakat berdasarkan ideologi keagamaan puritan dan konservatif. Hal yang mencengangkan kita adalah bahwagerakan ini sekarang menyebar di berbagai bagian dunia, dan menjadi isu global. Karena realitas gerakannya yang demikian, radikalisme menjadi gerakan transnasional.

Kaum Radikal terbagi menjadi dua :
Pertama, kaum radikal dalam pemikiran dan pemahaman. Maksudnya, setiap kelompok Islam yang tidak dapat bertoleransi dengan kelompok Islam lainnya, hanya beda organisasi, atau hanya beda pemahaman yang bersifat furu’iyah, bukan perbedaan yang menyangkut aqidah atau Ushuluddin atau ketauhidan, maka kaum ini dinamakan radikal. Seperti adanya kelompok Wahabi/Salafi yang senang mengkafirkan kaum muslimin, karena dianggap melakukan bid’ah dhalalah. Padahal, yang dilakukan masyarakat hanya sekedar mengundang warga untuk membaca Al-Qur’an, shalawat nabi, dzikir, mendengar ceramah agama, dan memberi sedekah makan, hanya saja dilakukan dalam rangka sebuah acara yang disebut tahlilan. Jadi kelompok yang mengkafirkan jamaah tahlilan inilah yang disebut sebagai kelompok radikal dalam pemikiran dan pemahaman.
Kedua, kaum radikal dalam prilaku. Kelompok ini adalah mereka yang melakukan perusakan fisik maupun pembantaian terhadap nyawa orang lain, tanpa mempertimbangkan syarat-syarat yang ditetapkan oleh syari’at perang.agar kita yang memperjuangkan Islam melawan bentuk-bentuk kezaliman seperti faham liberalisme ini harus selalu evaluasi diri. Dimulai dari diri sendiri, lalu keluarga, jangan sampai dirumah kita yang liberal itu malah saudara sendiri. Setelah itu baru kita dimasyarakat berjuang untuk Islam. ada istilah yang memudahkan umat untuk mengenal kelompok ini, yaitu adanya bom bunuh diri dan bom syahid. Bom bunuh diri yaitu bom yang dilakukan di negeri Darul Amaan, dengan sasaran yang membabi buta, menghancurkan fasilitas umum yang diperkenankan oleh syari’at, semisal halte bus, membunuh wanita dan anak-anak, serta orang-orang tua renta, menumbangkan pepohonan dan lain sebagainya.
Bom bunuh diri ini hukumnya haram dan pelakunya dianggap fasik, namun tidak sampai murtad, karena telah melanggar tata cara syari’at peperangan melawan kekafiran. Sedangkan bom syahid di Negara konflik antar umat Islam melawan orang-orang kafir, dengan adanya perkembangan teknologi, maka salah satu strategi untuk dapat membalas serangan musuh, yang dewasa ini memiliki peralatan perang yang lebih canggih dari peralatan perang milik umat Islam, maka menurut sebagian yang hidup di wilayah konflik telah menfatwakan dengan bolehnya melakukan bom syahid, yang dalam bahasa jepangnya dikenal dengan istilah kamikaze. Kelompok bom syahid tidak dinamakan sebagai kelompok radikal, namun tergolong kelompok konsisten dalam membela agama Islam.

B.     PANDANGAN ISLAM TERHADAP LIBERALISME
Liberalisme merupakan paham kebebasan dengan mengedepankan hak individu dalam mengekspresikan segala kondisi dengan bebas lepas tanpa beban, tetapi dalam ajaran Islam mengajarkan tentang semangat tenggang rasa, tentu tidak sebatas dalam bentuk kebebasan belaka. Karena kalau kebebasan tanpa melihat kondisi sosial, tentu yang terjadi sebuah ketimpangan dalam pemahaman antara individu dan sosial.
Paradigma Liberalisme dalam memberikan makna tentang kebebasan sering di terjemahkan dalam makna yang tidak pada tempatnya. Sehingga yang terjadi dalam kehidupan tentang makna kebebasan mengarah pada sebuah semangat mencari pembenaran diri tanpa di landasi sebuah semangat tepa selira dalam menerjemahkan tentang multi kehidupan.
Pemahaman liberal cenderung mengarah kepada kebebasan tanpa batas, walaupun ada sebagian para penggerak paham liberal, bahwa liberal juga punya batasan tentang sebuah kebebasan antara individu dan sosial. Namun dalam realita makna kebebasan hanya terbatas pada ranah individu, bukan kebebasan dalam makna secara universal.
Ketika membedah liberalisme akan nampak sebuah kecerobohan dalam paham yang di anut sebagian masyarakat yang ingin sebuah kebebasan berekspresi dan berinovasi, padahal kebebasan individu akan menghasilkan sebuah tatanan yang kurang tepat dalam kehidupan sosial. Sebab kebebasan individu yang di gaungkan para kaum liberal dalam menerjemahkan sebuah makna kehidupan, telah mengantarkan dalam pola pikir destruktif dalam penerjemahan tentang berbagai persoalan.
Keberadaan liberalisme dalam kehidupan masyarakat mengarah pada paham kapitalisme, kalau di lihat dari sudut pandang ekonomi. Sebab liberalisme mengajarkan tentang sebuah kebebasan manusia sebebas-bebasnya dalam beraktivitas. Namun kalau di lihat secara teliti, bahwa paham liberal telah terjebak dalam paham individu, tanpa melihat dari sisi yang lain. Sehingga liberalisme hanya sebatas sebuah paham yang mengatasnamakan sebuah kebebasan. Namun bukan kebebasan dalam makna pembebasan sejati.
Liberalisme dalam perkembangan dan kelanjutannya, telah masuk dalam ranah tidak sebatas masalah ekonomi, sosial, budaya dan berbagai bidang yang lain. Bahkan liberalisme telah mengarah masuk keranah agama Islam. Sehingga dengan kondisi liberalisme masuk dalam makna keagamaan, telah mengalami sebuah dilema dalam penafsiran. Sebab paham liberal dalam menafsirkan Islam cenderung mengarah pada daya akal, tanpa melihat sisi teks maupun konteks secara tepat, padahal ajaran Islam dalam mengajarkan sebuah tafsir harus melalui berbagai paradigma secara kaffah, bukan hanya sebatas satu sisi belaka.
Keberadaan tafsir Islam dalam paham liberal cenderung mengarah pada kerancuan antara teks dan konteks. Sebab liberalisme lebih menekankan pada aspek konteks dalam menafsirkan berbagai ajaran Islam. Berangkat dari sinilah terdapat dilema besar sebuah pemahaman agama antara akal dengan wahyu.
Kekuatan ruh dalam ajaran Islam tidak sebatas masalah kebebasan dalam berargumen. Sebab kalau Islam hanya sebatas kebebasan belaka, berarti mempersempit makna Islam itu sendiri. Karena Islam merupakan ajaran kaffah tentang manusia saat berhubungan dengan Tuhan, begitu juga saat manusia berhubungan dengan sesama. Inilah catatan terpenting dalam dunia Islam, bahwa Islam bukan sebatas semangat kebebasan dalam menerjemahkan antara teks dan konteks. Namun Islam lebih luas lagi dalam memberikan sebuah gambaran tentang berbagai persoalan kehidupan manusia.
Islam merupakan ajaran dalam pencapaian sebuah kemaslahatan secara kaffah. Namun kalau sebuah kebebasan tidak menghasilkan sebuah kemaslahatan, berarti sama saja membuang energi dalam kesesatan. Sehingga di butuhkan sebuah paham yang mampu mensinergikan antara teks dan konteks dalam menggali tentang khazanah ke-Islaman.
Liberalisme dalam pandangan Islam sangat jauh dari sebuah nilai-nilai Islam tentang semangat kemaslahatan secara kaffah. Sebab liberalisme sebatas semangat kebebasan dalam cara pandang tentang menerjemahkan sebuah ajaran Islam. Sedangkan Islam mengajarkan tentang semangat mencari kemaslahatan, bukan sebuah kebebasan tanpa melihat dari sisi kemaslahatan secara kaffah.
Keberadaan liberalisme cenderung dalam paham kebebasan semu. Sebab batasan dalam liberalisme bersifat abstrak, Namun ajaran Islam sudah jelas dalam melakukan sebuah penilaian antara haq dengan yang batil. Sedangkan liberalisme antara batil dan haq masih terlihat Samar-samar. Sebab dalam gagasan liberalisme cenderung pada makna sebuah kebebasan yang masih samar, apabila di kaitkan dengan bidang keagamaan.
Idiologi Liberalisme dalam pandangan Islam tidak sejalan dengan semangat kemaslahatan dalam menentukan antara yang haq dengan yang batil. Karena liberalisme sebatas semangat sebuah kebebasan dengan mengedepankan hak individu tanpa melihat dari sisi kemaslahatan secara kaffah dalam menentukan sebuah kebenaran.


Gagasan liberalisme nampak terjebak tentang makna sebuah kebebasan semu dalam memberikan sebuah penafsiran tentang kehidupan. Sehingga antara profan dan sakral tidak terjadi sebuah sinergi yang saling menguatkan dan mengokohkan. Sedangkan Islam merupakan sebuah bangunan keseimbangan antara profan dengan sakral dalam mengajarkan semangat mencari rahmat di jalan Allah dalam pencapaian menuju sebuah kebenaran haqiqi.

C.     PANDANGAN PEMAKALAH TERHADAP RADIKALISME & LIBERALISME
     Radikalisme adalah suatu usaha yang menghalalkan segala cara untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai. Dalam islam, radikalisme merupakan suatu paham yang menghendaki perubahan, penghancuran terhadap suatu sistem dimasyarakat sampai ke akarnya dengan cara kekerasan atau kemiliteran.
     Kaum-kaum yang termasuk didalam radikalisme ini mempunyai pandangan serta pemikiran berbeda dalam mengartikan kepercayaan mereka. Mereka juga menilai sesuai dengan pemikiran sendiri, bahwa apa yang tidak sejalan dengan pemikiran mereka, maka itu adalah kafir.
     Mereka melakukan kekerasan fisik atau bahkan membunuh nyawa orang lain, tanpa mempertimbangkan syarat-syarat yang ditetapkan oleh syari’at perang agar kita yang memperjuangkan Islam dan melawan bentuk-bentuk kezaliman
Sedangkan Liberalisme adalah suatu paham yang lebih mengedepankan hak individu dalam mengekspresikan segala kondisi dengan bebas tanpa beban. Akan tetapi banyak yang menyalah artikan apa sebenarnya dari paham liberalisme ini sehingga maknanya lebih mengarah kepada pada sebuah semangat untuk mencari pembenaran diri tanpa dilandasi sebuah semangat  menerjemahkan tentang multi kehidupan yang sesungguhnya. Dan didalam Islam, kebebasan apapun tidak akan ada artinya jika tidak menghasilkan sebuah kemaslahatan. Maka, kebebasan dalam bentuk apapun itu haruslah menghasilkan manfaat yang berguna serta dilandasi sesuai dengan syariat Islam untuk mencapai sebuah kebenaran yang haqiqi.

Kontributor: Muhammad Reza Harahap
Aminnatul Widyana Mom of 2 kiddos/ Ahmad Rahman Budiman's wife/ teacher/ blogger

0 Response to "RADIKALISME DAN LIBERALISME DALAM ISLAM"

Post a Comment

Terima kasih sudah singgah di blog amiwidya.com.
Saya persilakan menambahkan komentar untuk melengkapi postingan blog di atas.
Semoga bermanfaat & menginspirasi buat semua...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel